Thursday, June 14, 2018

Menyambangi Geopark Ciletuh dan Ujung Genteng (Seri 6)

Curug Cimarinjung membawa kenangan.  Curug indah mempesona dan diakhiri dengan keindahan teater eeh.. amphitheater Ciletuh dari atas.  Jajaran pantai Palangpang terlihat indah.  Membentuk lengkungan busur indah.  Dikelilingi pohon dan bebatuan kuno.  Ahh.. aku menjadi rada lebay.  Am I a romantic?





Pagi ini aku bangun dengan badan rada segar.  Setelah semalaman tertidur nyenyak.  Memang sih kudu bangun pagi sebelum matahari terbit.  Biar bisa menangkap sunrise di pantai.  Oh ya, semalam kami langsung menuju Ujung Genteng setelah makan malam.  Menginap semalam disini.

Saat makan malam, kami berhasil merayu sang Pria budiman agar diijinkan menikmati sunrise.  Tuuh gitu kalau peserta open trip adalah tukang foto.  Rada melawan jadual yang sudah ditentukan.  Tapi kang Pria memang baik, jadilah kami siap-siap pagi ini.

Walau rada telat sampai ke pantai, tapi lumayanlah karena warna biru memang engga nongol.  Awan mendung memang terlihat menggelayut.  Engga apa-apa, jangan kecewa.

Sambil jalan menyiapkan tripod, aku mencari posisi dimana bisa dapat foto yang menurutku menarik.  Pelan dan mata rada nanar karena masih rada gelap.  Akhirnya kutemukan tempat dekat perahu nelayan.  Segera pasang lensa wide dan diatur settingnya untuk aliran landscape.  Ngatur lensa juga biar bisa nangkap tajem.

Setelah beres, liat area sekitar kamera dan menemukan banyak sampah.  Jadilah aku menjadi petugas kebersihan sebentar.  Demi foto tanpa sampah :)

Ceritanya memang begitu kalau motret.  Bersihkan area potret dari sampah dan buatlah supaya menjadi enak dipandang.  Maka tak heran kalau kita melihat foto bagus namun saat liat kenyataan sebenernya terasa hambar dan tidak menarik.  Ingat man.. yang dilihat adalah sekotak kecil dari jendela kamera.  Kalau liat langsung, alam semesta yang kau lihat.

Kemudian aku duduk manis di pasir pantai.  Menunggu mas bejo lewat depan kamera.  Begitulah kalau motret landscape, menunggu dan menunggu.  Menunggu kemurahan hati alam dalam memberi keindahan.


Tak disangka dan tak dinyana... alam memberikan kemurahan tak terhingga !  Turunlah dari langit kelabu seberkas cahaya kuning kemerahan.  Masya Allah... langit kobong.. kebakaran !  Benar-benar indah, kawan.  Segera saja tangan memencet shutter dengan riang gembira.  Kemudian pindah lokasi dan jepret lagi.  Merinding kawan.  Sang Penguasa Alam begitu indah memberikan langit untuk dinikmati.  Alhamdulillah wa syukurilah.  Diberikan rizki keindahan yang tak mungkin ku lupa.

Namun keindahan tarian alam ini tak berlangsung lama.  Hanya 30 menitan !  Aku merasa inikah keindahan yang tak mungkin terulang ?

No comments:

Post a Comment