Segera aku bangunkan "ojek offline" yang masih mimpi "install ubuntu". Setengah paksa aku minta untuk mengantar ke Setu Patok. Tapi akhirnya, aku juga sih yang nyetir motor. Lha wong alesannya belum hapal jalan. Sejatinya masih di alam mimpi sih sebenernya.
Jarak Setu Patok dari arah rumah cukup dekat. Makan waktu 20 menitan kalau jalan santai. Melewati komplek perumahan baru, perkampungan lawas sampai persawahan yang hijau royo-royo. Jalan yang dilalui cukup mulus beraspal dan beberapa lokasi rada berlubang.
Saat masih kecil, Setu Patok adalah daerah pertanian luas dan ada beberapa perkampungan kecil. Kami, anak-anak perumnas, suka kesana rame-rame. Berbekal tali pancing, kami jalan beriringan di pematang sawah. Jalan dan jalan terus.
Kadang mampir sebentar memburu jangkrik atau jalak kebo yang banyak bermain di tepi sawah. Kadang juga lari terbirit-birit karena dikejar ular welang kuning yang merasa terganggu melihat kami lewat sarangnya. Begitulah kehidupan jaman dulu. Belum ada mobile legend jadinya puas-puasin main dah.
Begitu mendekati Setu Patok, biasanya mampir ke kebun kawista. Kadang petani memberi kami buah kawista. Lumayan enak sih hehehe. Bekal kami saat mancing ikan mujaer di Setu Patok.
Itu dulu. Sekarang sudah berubah total. Banyak rumah-rumah mewah magrong-magrong. Banyak motor dan mobil berseliweran. Jaman sudah maju kawan !
Begitu sampai di kaki setu, aku melihat jajaran tangga yang berdiri gagah menantang. Ya, aku terpaksa harus naik tangga ini biar bisa cepat nyampe ke pengendali dam. Errrgggh.. inget tangga inget dengkul. Jadinya naik pelan-pelan sambil atur nafas.
Sampai juga di puncak, terhamparlah pemandangan setu. Pemandangan biasa sih. Bendungan full air dan ada bukit yang berwarna kecoklatan. Kering mungkin. Segera mata mencari arah matahari. Gelap ketutup awan kelabu.
Namun hal biasa, bisa dibuat luar biasa oleh fotografer. Asal bisa mendapatkan spot yang bagus dan pas momennya. Aku inget, ada seorang fotografer Jawa Tengah yang berhasil menggali keindahan setu Patok. Alam sunsetnya yang menghasilkan ndog ceplok matahari, kegiatan warga mencari ikan atau bahkan anak-anak yang bermain bola di pinggir dam.
Sampai aku melacak jejak foto yang dibuat oleh dia. Aku telusuri dan memang kita bisa mendapatkan nilai lebih asal jeli dan teliti mengamati. Bisa mendapatkan foto sunset keren denga POI seorang pengarajin pembuat batu bata misalnya.
Jadi ceritanya ? koq nostalgia melulu. Bukan sesi curhat nih.
Baiklah... aku menikmati motret dengan sony a6000+lensa kit dengan tenang. Masih sepi. Beberapa shoot diambil dengan ciri khas gunung Ciremai dan bukit coklat. Beberapa dengan posisi mengarah pada pengendali dam. Tempat aku mancing dulu. Koq nostalgia lagi ?
Abis itu jalan kaki menelusuri jalur dam. Ambil beberapa foto orang yang sedang berolahraga dan mengambil foto pas matahari nongol. Oh iya. Hari ini matahari bangun kesiangan karena diselimuti awan tebal. Engga heboh sampe keluar warna biru indah segala sih.
Gitulah pokoknya. Jangan manyun liat alam terlalu biasa. Cari cara supaya menjadi luar biasa. Semua ada di otak kita untuk mengolahnya. Silahkan dinikmati beberapa foto yang aku upload disini. Tunai sudah membalikkan area foto sunset menjadi foto sunrise :)
No comments:
Post a Comment