Sunday, July 15, 2018

Kembalikan Bali Padaku #5

#Episode Berburu Bintang di Pinggan

Apa yang kau rasakan ketika melihat langit  bertabur bintang ? Jejak rasa apa yang akan tersimpan ketika menyaksikan aliran milky way yang melintang jauh ?  Apakah akan membangkitkan cinta terpendam dalam hati ?



Ealaah... cinta.  Langit indah pagi, siang, sore dan malam membuat serabut cinta berebutan keluar dari relung hati.  Jutaan puisi dan lagu selalu akan bermunculan.  Itulah kehidupan.

Lah.. ngapain ngomong langit dan cinta ?

Ketahuilah kawan, saat berkunjung ke suatu tempat, otakku selalu mengatakan ambil indahnya sunrise, gemulainya sunset dan rekam kemolekan malam.  Bagai ramuan butiran cinta bukan ?

Tiga bagian itu yang selalu aku pikirkan.  Namun tak selamanya bisa menangkap hal itu.  Ingat Tamblingan, tempat berburu milky way.  Kagak dapat.  Jangan menyerah, masih ada waktu dan tempat lain.

Pada pagi dini hari yang dingin, kami menuju sebuah daerah terpencil, desa Pinggan. "Katanya" menjadi tempat bermain para tukang foto.  Rencananya mau ambil foto star trail dan sunrise dari atas bukit.

Hmm.. istilah baru nih.  Biasanya motret malam selalu berindikasi nyari jalan susu.  Ternyata ada model lain. Nongkrongin jejak bintang.  Kalau milky way memotret sekumpulan benda langit, yaitu galaxy bimasakti sedang star trail adalah memotret pergerakan bintang atau benda langit.


Pastikan pilih tempat yang sesuai.  Pasang tripod sekokoh mungkin.  Jangan biarkan orang-orang lewat saat pengambilan gambar.

Setting kamera dalam model long exposure atau memotret dalam jangka waktu tertentu.  Misal 30 menit sampai 3 jam.  Kalau lensa dibuka terus, akan muncul langit yang ada lingkaran bintangnya.  Bisa juga, motret selama beberapa menit, berhenti dan memotret lagi secara terus menerus selama jangka waktu tertentu.

Kemudian hasil potret digabungkan dengan software menjadi satu gambar.  Software bisa dicari via internet.  Aku pake software startrails buatan german.  Silahkan download disini.

Model gini bener-bener menyiksa kamera.  Sekitar 75 foto yang saya rekam.  Mau dilanjutin udah nanggung mau subuh.  Cukuplah.


Di Pinggan kami diajari oleh tukang foto yang udah biasa dengan "kehidupan malam" di daerah terpencil.  Kamu tau kan, daerah terpencil dan sepi.  Enak untuk motret malam karena minim cahaya listrik.


Pada saat in action, semua lubang kamera ditutup.  Demi menghindari cahaya masuk ke dalam kamera.  Bahkan tempat nginceng pun terpaksa ditutup.  Terus kamera mengambil obyek otomatis selama beberapa detik dan berulang kali selama beberapa jam.

Tukang fotonya ? Yaa duduk manis sambil ngobrol-ngobrol ngopi hangat pada dini hari yang dingin.  Biar lupa kalau berada di daerah sepi.

Lalu ? Mana landscape mu, manaaaa ???  Nih aku kasih... jebreeeeet

 

No comments:

Post a Comment