Saturday, July 14, 2018

Kembalikan Bali Padaku #3

#Episode Pura Uluwatu

Sejatinya aku tak terlalu bersemangat menuju Pura Uluwatu.  Rasanya aneh saja sih.  Mengunjungi bangunan keagaman dan aku belum tau sama sekali kondisi lokasi pura tersebut.  Rasanya jengah kan, datang terus motret-motret ditempat kegiatan beragama.



Akan tetapi menurut jadual yang sudah disepakati, kami akan ke Pura Uluwatu.  Bukan mengunjungi bangunan tempat ibadah orang Hindu, namun menuju teater tempat tari kecak legendaris dipentaskan.  Memang masih satu komplek sih.  Oks lah kalau begono.. baiklah cap cusss..

Perjalanan dari tempat makan ke Pura Uluwatu cukup mengasyikkan sih.  Berliuk-liuk melewati pematang sawah dan jalan menanjak.  Pengennya sih minta berhenti untuk moto bentar.  Namun terikat jadual yang lumayan ketat jadi engga bisa deh.


Oh ya, selain teman perjalanan para tukang foto, operator trip ini juga tukang foto semua.  Kudunya bisa saling pepotoan ya ? Hehehe..

Setelah sampai disana, haari sudah sore namun masih terang benderang.  Acara pentas tari kecak akan dilaksanakan menjelang matahari terbenam.  Hufff... masih ada waktu untuk jalan-jalan mengelilingi lokasi bentar.


Ternyata posisi pura berada di pinggir tebing pantai.  Terletak pada ketinggian dan dibatasi tebing curam yang tinggi dari garis pantai.  Aku bisa melongok ke bawah dan terlihat betapa tingginya tebing ini.  Jadi inget salah seorang teman moto yang pernah moto sunset dari ujung ke ujung.  Katanya keren sih, tapi aku belum melihatnya.

Aku perhatikan ternyata kalau bawa tripod, bisa pasang lensa lebar dan mematung pada pojokan tebing yang mengarah terbenamnya matahari.  Sepertinya akan dapat gambar yang kewl (bacaan dari cool).


Cuman yaa gituuu... bukan tujuan untuk motret landscape.  Mau motret tari kecak.

Kami terus berjalan menyusuri pinggir tebing dan sampailah pada teater tempat tari kecak akan dipentaskan.  Kondisi masih sepi, karena kami datang lebih awal.  Beberapa teman sudah menyebar mencari obyek-obyek yang menarik.


Kalau aku, ngikutin operator dan masuk ke dalam teater yang masih kosong.  Teater cukup besar dengan tempat duduk berundak melingkari area tempat para penari beraksi.  Operator udah menyarankan bahwa posisi motret sebaiknya dibawah karena dekat dengan penari.  Kemudian pada posisi saat matahari terbenam, akan muncul penari hanoman yang menaiki gapura dan akan sangat bagus diambil.  Latar belakangnya matahari oranye telor ceplok gan !

Begitu ceritanya.  Namun apa daya, aku bawa lensa lebar.  Naluri nafsuku adalah mengambil semua teater dan bisa melihat jelas matahari.  Mau engga mau yaa kudu naik di tempat paling atas.  Begitulah... selera tukang foto suka beda-beda.  Bebas-bebas aja sih menentukan pilihan sendiri.  Resikonya bisa dapat foto yang bagus sekali atau jelek sekali hehehehe..  nikmati aja prosesnya.


Ketika sore semakin dekat, tetiba kerumunan orang mulai berdatangan.  Aku sudah nangkring di kursi paling atas.  Jadi bisa melihat dalam waktu sekejap, tempat duduk mulai penuh.  Aku melihat ada yang motret dari bawah dan dari atas.  Sepertinya akan sulit untuk naik turun karena area penuh orang.  Aku cuma duduk manis saja menunggu acara mulai.

Sesekali aku melihat ke belakang pentas.  Saat itulah aku melihat seseorang berpakaian hanoman sedang diberi sesaji dan didoakan oleh pendeta setempat.  Oh begitu ritualnya.


Tak berapa lama acara dimulai.  Tarian seru dengan puluhan aktor dan aktris tari menari.  Meliukkan badan, melambaikkan tangan serta bergerak dinamis.  Teriakan cak.. cak.. caaak magis mengiris sore oranye.  Peluh keringat bertebaran.  Meleleh lelah dalam badan penari.  Kalau bawa tele, bagus tuh moto para penari.

Tetiba keluarlah hanoman dan segera dia menaiki gapura.  Langit sedang proses senja merah oranye.  Ada hanoman di atas gapura gerbang.  Siluet dengan latar belakang bohaiiii.. kereeen kalau berhasil moto.  Aku ? tidak bisa karena ada di atas hehehe.


Memang sih, kalau moto kadang kita butuh beberapa kali datang suatu tempat untuk mendapatkan moment yang berbeda.  Jadi bisa mendapatkan apa yang ingin difoto.  Kalau aku kesana lagi, pasti aku akan ambil posisi di bawah.  Biar ada nuansa yang beda.

Eh.. gimana moto landscape nya ?  Auuk aahh elaaaap hahahhaha



No comments:

Post a Comment