Tuesday, August 28, 2018

Pulau Pari, Tempat Rindu Dendam Menyerbu dan Menyatu #1

Apa yang akan kau lakukan ketika hembusan rindu menghampiri ?
Apa yang akan kau cari ketika dentuman dendam bergelora ?

Carilah katarsis untuk menghantarkan semua.  Carilah... carilah sampai semua berpadu membentuk kenangan.




Begitu pula akuh...

Ketika rindu akan semilir angin pantai menerpa wajah datang menghiba.  Ketika gemuruh dendam untuk mendapatkan semleret mentari muncul dengan anggun.  Bahkan semleret indah ketika mentari kembali menghilang.  Errrggghhh....  Apalagi yang akan kau tunggu wahai badan wadag !

Ketika angin pantai dan sunset serta sunrise yang terbersit muncul,  pulau kecil yang akan menjadi tujuan.  Pulau tak jauh dari Jakarta dan mudah dijangkau.


Bersegeralah aku untuk mencari travel agent yang bisa memenuhi hawa nafsu yang menyerbu banter.  Ku cari yang suka mengadakan open trip.  Karena aku akan sendiri menjelajahi relung nafsu yang mengalir deras.

Tak terpikirkan untuk membenamkan diri pada resort mewah.  Karena kakiku ingin menjelajah bebas.  Bukan duduk santai menikmati layanan resort.

Kutemukan sebuah pulau sederhana.  Pulau Pari yang menjadi bagian dari gugusan kepulauan Seribu.  Puluhan pulau kecil di utara Jakarta.  Aku memilih pulau ini karena belum termasuk pulau yang banyak pengunjung.  Tak seperti pulau lain yang sudah didesain untuk pariwisata.

Ada dua pilihan untuk menuju pulau Pari.  Melalui pelabuhan Kaliadem, Muara Angke atau melalui Dermaga Marina, Ancol.  Keduanya di ujung utara Jakarta.  Perahu dari Kaliadem biasanya adalah perahu rakyat yang akan menempuh jarak 2-3 jam ke Pulau Pari.  Kalau dari Marina, biasanya menggunakan kapal cepat dan jarak yang ditempuh adalah 1-1,5 jam.  Tentu saja ongkos dari Marina lebih mahal.


Mengingat.. dan seterusnya..  Menimbang.. dan seterusnya... Memutuskan.. naik dari Marina saja.  Kenapa ? Waktu lebih cepat.  Goyangan ombak mestinya engga terasa daaaannn... aku akan selamat dari mabuk laut.  Ya... yaaa.. aku mandan gampang mabuk darat, laut dan udara.

Hari Sabtu pagi adalah hari keberangkatan.  Sesuai aturan dari tour guide, kami akan menaiki kapal cepat pagi-pagi bener.  Acara dilaksanakan dua hari.  Jadi berangkat hari sabtu dan pulang hari Ahad siang.  Nyampe Jakarta lagi diperkirakan sore hari.

Sampai pulau Pari, kami akan disambut tour guide dan dibawa ke penginapan.  Habis itu akan ada jalan-jalan menikmati pantai, snorkeling  dan sunset.  Katanya sih pantai bernama Perawan disana adalah pantai putih bersih.  Tempat leyeh-leyeh mantai.  Bisa juga ke dermaga dekat kantor LIPI untuk melihat sunset.  Sepertinya kita bisa keliling pantai sambil naik sepeda deh.

Malamnya akan ada acara bakar-bakaran ikan.  Bakar ikannya dipinggir pantai.  Katanya sih semua diselenggerakan oleh masyarakat pulau Pari.  Asik bukan ?


Bawa kamera apa kesana ?  Waktu itu cuma punya sony mirrorless generasi awal.  Kagak bawa tripod.  Gitu itu... gayanya pengen nangkep sunset dan sunrise.  Tapi males bawa tripod.  Ntar di lokasi bingung nyari bantalan kamera.  Batu yang akan jadi korban hehehe.  Tapi cukuplah untuk santai-santai.

Setelah kapal siap, kami naik dan meluncur dengan lancar ke Pulau Pari.  Enak juga naik kapal cepat.  Kagak terlalu digoyang ombak.  Melaju cepat dan tak lama kemudian merapat di dermaga.

Bau laut dan panas terik mulai menyergap.  Semilir otak-otak bakar mulai menyergap.. Hmmm... selamat datang di pulau Pari, brader !


No comments:

Post a Comment